Minggu, 27 September 2009

Going back [ 1]

Hui. .
postingan yang kemaren ku hapus. .
hhe. .
saking lamanya ku sampe lupa apa yang mau ditulis. .
jadinya ya ku hapus. .

well,ku udah lama banget ni gag ol. .
udah 2 mingguan. .
banyak banget kejadian2 aneh,memalukan,nyebelin,yang nyenengin juga ada. .

ya udah,daripada kelamaan,langsung cerita aja ya. .
tapi yang mana dulu?duh,ku malah bingung,kebanyakan konsep. .

hm. .
di hari yang tanggalnya persis sama no absen ku [ tau gag no absen ku? a.tau, b.gag tau, mohon dijawab di cbox,hhe. .]nomor bulan nya juga sama persis sama tanggal lahirku. .bersejarah banget deh. .oia,inget lho,tahunnya gag mungkin tahun depan. .[ gag penting banget,fath ]
ku ke sekolah,biasanya kalo pelajaran b.inggris,lebih2 pak purwanto,sangat amat ngutamain tanggal,biasanya kalo hafalan,yang pertama maju tu no absen yang sama ma tanggal [ tanggal 1 yang maju absen 1,dst. .fath,gag penting ,nah waktu itu untung aja gag ada pelajaran pak pur,tapi ya masih was2,kalo2 ada hafalan dadakan dari ma'am. .go on,fath. .
ku waktu itu berangkat jam 6.10an. .termasuk pagi kalo di hari2 biasa,tapi kalo di bulan ramadhan mah jam segitu biasa aja. .
sebenernya sih ku males banget sekolah,tapi ya demi uang jajan.. [ hhe. .walaupun puasa masih dapet uang jajan :)) ]ku ke sekolah..
males banget tu ku jalan, mana angkot sepi,10 menitan ku baru dapet angkot,padahal biasanya kalo ramadhan 5 menit udah dapet angkot,cuma bisa sabar. .
di angkot,ku mikir [ lebih cenderung ke merenung ],kenapa ku gag punya pengalaman yang menarik untuk diceritain pas bahasa [ baik b.indonesia,b.inggris,b.jepang, b. perancis. .fath,emang pernah ya cerita pake b.jepang ma perancis?? ]
kalo ku cerita ya biasa2 aja,lucu jarang,menegangkan gag pernah,sedih apalagi,umum2 aja kalo ku cerita, [tapi ya kan yang dinilai bukan isi cerita, tapi cara membawakannya,jadi ya,it's okay for me ]
akhirnya,jam 6.20an ku sampe di sekolah,tapi anehnya,hhu. .sepi. . .
seingetku,pas ada pengumuman dari pak s-d-r-s-n- [ hhe. .huruf vokal disensor,sangat membahayakan jika indentitas aslinya diketahui publik. .] kelasku ribut banget

[

p
a
d
a
h
a
l
.
.
.


k
e
l
a
s
2

l
a
i
n
n
y
a
.
.
.
.
.

.
r
i
b
u
t

j
u
g
a
,

h
h
e
.
.

]

waduh,kok formatnya aneh gini?tak apa lah. .
dan. .ku gag denger pengumumannya,yang jelas,di akhir pengumuman,ada kata2 pulang,ya sebagai siswa yang baik [ walau kadang agak gag jelas ],ku langsung ngerespon,langsung aja njalanin perintah. .
ku langsung pulang,walau ada les,tapi daripada tersiksa selama 3 jam,divonis doing nothing,ya ku pulang aja. .

back to point,sekolah sepi,9.1 masih terkunci rapat,tak tersentuh sedikit pun [ apa iya?gag logis banget ya?? ],kelas yang laen juga. .hhu. .pikiran pertama yang muncul [ ku hebat, orang pertama yang dateng ke sekolah, padahal jam segitu. .hhe. .gag lah ] adalah,kok sepi?jangan2??

ya. .ku masih nunggu,sampe jam 6.40an lah ku nunggu,huh,ku nyerah sama nasib,emang kenyataannya gitu. .
huhhhh. .
SEKOLAH LIBUR..!!!

NB:
ternyata,ada juga berita baiknya,mau tau gag?
ku kasih tau deh,
Ku sadar,hari itu adalah hari yang gag gampang dilupain,untung gag banyak yang ngeliat,jadinya gag diketawain [ ya iyalah,sekolah kan libur ,menarik untuk disimak,so,kalo ku disuruh cerita di pelajaran bahasa,ku akan nyeritain hari itu. .[ akhirnya,ku punya cerita bagus :)) ]

Cara Rasulallah memakai sandal

Jika Anda memakai sandal atau sepatu, mulailah dengan menggunakan yang sebelah kanan. Begitu juga ketika memakai pakaian. Ini perlu Anda lakukan jika ingin mengikuti sunnah Rasulullah saw. Dengan mendahulukan yang kanan saat Anda memakai sandal, berarti Anda telah menjadi muslim yang konsisten untuk senantiasa meniru perbuatan dan perilaku Rasulullah saw. Artinya, Anda telah mengaplikasikan syahadat Anda: saya bersaksi bahwa Muhammad itu pesuruh Allah.

Dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Jika salah seorang di antaramu memakai sandal, hendaklah memulai dengan (kaki) kanannya, dan apabila (akan) melepasnya, hendaknya memulai dengan kaki kirinya. Dan hendaknya (sandal/sepatu) kanan yang pertama kali dipakai dan yang paling akhir dilepas.”

Minggu, 13 September 2009

Sepuluh sahabat yang dijamin masuk surga

“Dan orang-orang yang terdahulu lagi yang petama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridho kepada mereka dengan mereka dan mereka ridho kepada Allah. Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang agung.” (Qs At-Taubah : 100)

Berikut ini 10 orang sahabat Rasul yang dijamin masuk surga (Asratul Kiraam).

1. Abu Bakar Siddiq ra.

Beliau adalah khalifah pertama sesudah wafatnya Rasulullah Saw. Selain itu Abu bakar juga merupakan laki-laki pertama yang masuk Islam, pengorbanan dan keberanian beliau tercatat dalam sejarah, bahkan juga didalam Quran (Surah At-Taubah ayat ke-40) sebagaimana berikut : “Jikalau tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seseorang dari dua orang (Rasulullah dan Abu Bakar) ketika keduanya berada dalam gua, diwaktu dia berkata kepada temannya:”Janganlah berduka cita, sesungguhya Allah bersama kita”. Maka Allah menurunkan ketenangan kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Allah menjadikan seruan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” Abu Bakar Siddiq meninggal dalam umur 63 tahun, dari beliau diriwayatkan 142 hadiets.

2. Umar Bin Khatab ra.

Beliau adalah khalifah ke-dua sesudah Abu Bakar, dan termasuk salah seorang yang sangat dikasihi oleh Nabi Muhammad Saw semasa hidupnya. Sebelum memeluk Islam, Beliau merupakan musuh yang paling ditakuti oleh kaum Muslimin. Namun semenjak ia bersyahadat dihadapan Rasul (tahun keenam sesudah Muhammad diangkat sebagai Nabi Allah), ia menjadi salah satu benteng Islam yang mampu menyurutkan perlawanan kaum Quraish terhadap diri Nabi dan sahabat. Dijaman kekhalifaannya, Islam berkembang seluas-luasnya dari Timur hingga ke Barat, kerajaan Persia dan Romawi Timur dapat ditaklukkannya dalam waktu hanya satu tahun. Beliau meninggal dalam umur 64 tahun karena dibunuh, dikuburkan berdekatan dengan Abu Bakar dan Rasulullah dibekas rumah Aisyah yang sekarang terletak didalam masjid Nabawi di Madinah.

3. Usman Bin Affan ra.

Khalifah ketiga setelah wafatnya Umar, pada pemerintahannyalah seluruh tulisan-tulisan wahyu yang pernah dicatat oleh sahabat semasa Rasul hidup dikumpulkan, kemudian disusun menurut susunan yang telah ditetapkan oleh Rasulullah Saw sehingga menjadi sebuah kitab (suci) sebagaimana yang kita dapati sekarang. Beliau meninggal dalam umur 82 tahun (ada yang meriwayatkan 88 tahun) dan dikuburkan di Baqi’.

4. Ali Bin Abi Thalib ra.

Merupakan khalifah keempat, beliau terkenal dengan siasat perang dan ilmu pengetahuan yang tinggi. Selain Umar bin Khatab, Ali bin Abi Thalib juga terkenal keberaniannya didalam peperangan. Beliau sudah mengikuti Rasulullah sejak kecil dan hidup bersama Beliau sampai Rasul diangkat menjadi Nabi hingga wafatnya. Ali Bin Abi Thalib meninggal dalam umur 64 tahun dan dikuburkan di Koufah, Irak sekarang.

5. Thalhah Bin Abdullah ra.

Masuk Islam dengan perantaraan Abu Bakar Siddiq ra, selalu aktif disetiap peperangan selain Perang Badar. Didalam perang Uhud, beliaulah yang mempertahankan Rasulullah Saw sehingga terhindar dari mata pedang musuh, sehingga putus jari-jari beliau. Thalhah Bin Abdullah gugur dalam Perang Jamal dimasa pemerintahan Ali Bin Abi Thalib dalam usia 64 tahun, dan dimakamkan di Basrah.

6. Zubair Bin Awaam

Memeluk Islam juga karena Abu Bakar Siddiq ra, ikut berhijrah sebanyak dua kali ke Habasyah dan mengikuti semua peperangan. Beliau pun gugur dalam perang Jamal dan dikuburkan di Basrah pada umur 64 tahun.

7. Sa’ad bin Abi Waqqas

Mengikuti Islam sejak umur 17 tahun dan mengikuti seluruh peperangan, pernah ditawan musuh lalu ditebus oleh Rasulullah dengan ke-2 ibu bapaknya sendiri sewaktu perang Uhud. Meninggal dalam usia 70 (ada yang meriwayatkan 82 tahun) dan dikuburkan di Baqi’.

8. Sa’id Bin Zaid

Sudah Islam sejak kecilnya, mengikuti semua peperangan kecuali Perang Badar. Beliau bersama Thalhah Bin Abdullah pernah diperintahkan oleh rasul untuk memata-matai gerakan musuh (Quraish). Meninggal dalam usia 70 tahun dikuburkan di Baqi’.

9. Abdurrahman Bin Auf

Memeluk Islam sejak kecilnya melalui Abu Bakar Siddiq dan mengikuti semua peperangan bersama Rasul. Turut berhijrah ke Habasyah sebanyak 2 kali. Meninggal pada umur 72 tahun (ada yang meriwayatkan 75 tahun), dimakamkan di baqi’.

10. Abu Ubaidillah Bin Jarrah

Masuk Islam bersama Usman bin Math’uun, turut berhijrah ke Habasyah pada periode kedua dan mengikuti semua peperangan bersama Rasulullah Saw. Meninggal pada tahun 18 H di urdun (Syam) karena penyakit pes, dan dimakamkan di Urdun yang sampai saat ini masih sering diziarahi oleh kaum Muslimin.

Surga dalam seteguk air

Tuan-tuan saya akan puaskan keinginan tuan, selama saya bisa menghilangkan haus dan lapar saya dan bisa keluar dari padang pasir ini. Wanita itu menggeretakkan giginya saat meminta sekantong air dari rombongan kafilah yang melewatinya.

Sinar mentari berangsur lenyap tersapu malam, kegelapan merangkak naik untuk bertahta, ketika sebagian besar mata sudah harus diistirahatkan, ketika itu sebagian manusia masih harus berjibaku dengan perjuangan terhadap nasib. Maka sebagian manusia berubah wajah. Mereka menanggalkan topeng religiusnya, mereka juga melepaskan semua jubah sosialnya. Dengan wujud asli, entah sebagai setan atau apa. Sebagian menjadi sosok pelacur, maling atau rampok, yang mencoba mengadu keberuntungan di antara kerasnya sejarah yang terus bergulir.

Sejak senja mulai menjelang, wanita lacur itu memulai aktivitasnya dengan bersolek di depan cermin. Memoles diri dengan make up dan gincu. Dengan sedikit kemanjaan mungkin, karena ia sempat membayangkan betapa tidak bernilainya hidup yang harus melayani ‘syahwat’ para hidung belang.

Tapi di benaknya, ia akan merasa lega kalau bisa secepatnya keluar dari kungkungan nasib buruk yang menderanya. Tak ada pilihan, yang ada hanya bagaimana bisa bertahan hidup dengan cara apapun. Kehidupannya sudah benar-benar tak menentu. Semua laki-laki di kampungnya banyak yang telah meninggalkan rumah dan keluarga mereka, entah pergi ke mana. Pelacuran tumbuh di mana-mana. Setiap orang harus mempertahankan dirinya dari serangan lapar.

Zaman itu banyak terjadi kerusakan karena ulah kaisar Romawi yang zalim. Kelaparan dan kemisikinan merajalela di negeri Palestina. Berbagai cara dilakukan rakyat terutama para kaum miskin untuk melawan kelaparan dan kemiskinan itu. Seorang ibu terpaksa menjual anaknya seperti menjual pisang goreng. Perampokan, pembunuhan, penganiayaan tak kenal peri kemanusiaan lagi.

Perempuan muda itu terlihat terlalu tua dibandingkan dengan usia sebenarnya. Wajahnya kuyu diguyur penderitaan panjang. Padang pasir yang kering dan gersang telah mengubah gaun putih miliknya menjadi jubah berwarna hitam dengan renda ungu tua di tepian jubah. Ia mulai menawarkan diri kepada siapa saja yang mau, meski dengan harga yang murah.

Malam itu dilaluinya tanpa seorangpun yang menjamah dirinya. Padahal ia terus berusaha melenggak-lenggok menawarkan diri. Namun para lelaki yang ditemuinya malah menjauhinya. Bila bertemu dengan perempuan tersebut, mereka melengos menjauhinya karena jijik melihatnya. Tidak ada daya tarik lagi.

Sementara pagi mulai menampakkan diri. Baginya kedatangan siang adalah penderitaan, karena tak berbekal apapun. Ia tidak mempunyai keluarga, kerabat ataupun sanak saudara. Sementara hari itu harus dilaluinya tanpa makanan dan minuman. Namun perempuan itu tidak peduli, karena pengalaman dan penderitaan mengajarinya untuk bisa tabah.

Segala ejekan dan caci maki manusia diabaikannya. Ia berjalan dan berjalan, seolah tak ada pemberhentiannya. Ia tak pernah yakin, perjalanannya akan berakhir. Namun sepanjang jalan itu sunyi saja, sementara panas masih terus membakar dirinya. Entah sudah berapa jauh ia berjalan, namun tak seorangpun yang mendekatinya.

Ia berjalan dan terus berjalan hingga rasa lelah menyerangnya. Udara panas padang pasir dan debu bercampur dengan peluh yang terus mengalir dari tubuhnya. Ia berjalan tertatih tatih dan akhirnya terseok seok menapaki padang pasir. Ia melihat oase yang membentang di hadapannya. Semangatnya pun terus menyala demi mencapai oase itu. Tak berapa lama tubuhnya sudah bersandar pada sebatang pohon palem. Ia menghirup dalam dalam kesejukan oase itu. Hingga ia tersedak saat mendengar seseorang berteriak padanya. Mengusir dirinya agar tidak mendekat sumber air milik orang itu.

Padang pasir sahara itu memang sangat luas, mencakup sepertiga wilayah bumi ini. Kering dan berpasir karena rendahnya angka hujan maka suhu pada siang hari begitu menyengat dan bisa membuat otak mendidih, konon karena saking panasnya, orang-orang gurun biasa memanggang roti hanya dengan dikubur di pasir dan roti akan matang dan hasilnya tidak kalah nikmat dari yang dibakar di dalam oven, baunya yang semerbak harum akan terbawa angin kemana-mana dan membelai hidung orang-orang yang kebetulan lewat.

Ternyata perjuangannya untuk mendapatkan air belum berakhir. Lalu dia pun melanjutkan perjalanannya sambil menahan haus dan lapar sekaligus memberi semangat pada dirinya. Dadanya terasa sesak dengan nafas yang terengah-engah kelelahan yang amat sangat. Betapa lapar dan hausnya

Ketika rasa haus dan laparnya tak tertahankan lagi, sayup-sayup ia mendengar suara lonceng unta, ia bertemu dengan serombongan pedagang yang berjalan ke arah lain di padang pasir. Di atas pundak unta rombongan pedagang itu tergantung sekantong air. Ia meminta sedikit air pada rombongan pedagang itu, namun kafilah itu tidak bersedia memberikan airnya. Kafilah-kafilah itu hendak menjual airnya dengan mahal, sebab di padang pasir, air sangat berharga.

Wanita itu mengumpulkan sisa tenaga sebisanya untuk merayu para kafilah itu. Dia rela menukar dirinya dengan sekantong air itu. Para kafilah kemudian menjadi ragu. Mereka berpikir, harga wanita itu tidak sebanding dengan air miliknya.

Tapi mereka juga takut air persediaannya akan terbuang. Wanita itu menggeretakkan giginya, lalu berkata pada kafilah itu, Tuan-tuan saya akan puaskan keinginan tuan, selama saya bisa menghilangkan haus dan lapar saya dan bisa keluar dari padang pasir ini.

Kafilah itu tidak mempedulikannya. Setelah itu, mereka melanjutkan perjalanan sambil memacu unta tunggangannya. Kafilah itu menertawakannya sembari berkata : Dasar perempuan sial, perjalanan kami masih sangat panjang baru bisa keluar, bagaimana mungkin kami membagi air kepada orang macam kau. Ia tidak peduli dengan ejekan kafilah itu, lalu kembali melanjutkan perjalanannya.

Karena tidak ada air, ia merasa tenggorokannya kering, kepalanya pusing mata berkunang-kunang, lemas tidak bertenaga. Namun ia tetap bersikeras terus berjalan, kemudian, ia merasa dirinya hampir tidak sanggup bertahan lagi.

Di ujung jalan nampak bayang-bayang air, seolah ada lautan, sedang banjirkah? Namun saat mendekat ternyata tidak ada air, hanya ilusi. Jalan di depannya masih tetap meninggalkan pemandangan seolah ada genangan itu.

Tepat di saat itu, kembali ia mendengar lonceng unta, lagi-lagi serombongan kafilah padang pasir berlalu di sisinya. Lalu ia meminta minum pada kafilah ini. Tapi kafilah ini hanya ingin menjual airnya lebih mahal.

Hei, mana ada orang yang akan mempedulikan kau, perempuan pembawa sial, bisa keluar hidup-hidup itu sudah bagus! Kafilah itu berseru sambil tertawa mengejek, namun wanita itu tidak peduli dan terus berjalan.

Dua hari kemudian, dalam keadaan tidak adanya air, ia berusaha dengan susah payah berjalan sampai di ujung padang pasir. Sampailah ia di sebuah desa yang sunyi. Desa itu sedemikian gersangnya hingga sehelai rumputpun tak tumbuh lagi. Perempuan lacur itu memandang ke arah kejauhan. Matanya nanar melihat kepulan debu yang bertebaran di udara. Kepalanya mulai terasa terayun-ayun dibalut kesuraman
wajahnya yang kuyu. Tapi, karena sudah lemas di saat demikian, tidak ada lagi tenaga untuk melangkah. Akhirnya ia terkulai lemas.

Dalam pandangan dan rasa hausnya yang sangat itu, ia melihat sebuah sumur di batas desa yang sepi. Sumur itu ditumbuhi rerumputan dan ilalang kering dan rusak di sana-sini. Wanita itu mencoba mendekat untuk memastikan bahwa yang dilihatnya bukan fatamorgana. Ia menepi di pinggirnya sambil menyandarkan tubuhnya yang sangat letih. Rasa hauslah yang membawanya ke tepi sumur tua itu.

Sesaat ia menjengukkan kepalanya ke dalam sumur tua itu. Tak tampak apa-apa, hanya sekilas bayangan air memantul dari permukaannya. Mukanya tampak menyemburat senang, namun bagaimana harus mengambil air sepercik dari dalam sumur yang curam? Perempuan itu kembali terduduk.

Tiba-tiba ia melepaskan stagennya yang mengikat perutnya, lalu dibuka sebelah sepatunya. Sepatu itu diikatnya dengan stagen, lalu dijulurkannya ke dalam sumur. Ia mencoba mengais air yang hanya tersisa sedikit itu dengan sepatu kumalnya. Betapa hausnya ia, betapa dahaganya ia.

Air yang tersisa sedikit dalam sumur itu pun tercabik, lalu ia menarik stagen itu perlahan-lahan agar tidak tumpah. Namun tiba-tiba ia merasakan kain bajunya ditarik-tarik dari belakang. Ketika ia menoleh, dilihatnya seekor anjing dengan lidahnya terjulur ingin meloncat masuk ke dalam sumur itu. Sang pelacur pun tertegun melihat anjing yang sangat kehausan itu, sementara tenggorokannya sendiri serasa terbakar karena dahaga yang sangat.

Sepercik air kotor sudah ada dalam sepatunya. Kemudian ketika ia akan mereguknya, anjing itu mengibas-ngibaskan ekornya sambil merintih. Pelacur
itupun mengurungkan niatnya untuk mereguk air itu. Dielusnya kepala hewan itu dengan penuh kasih. Si anjing memandangi air yang berada dalam sepatu.

Sebelum menghembuskan napas terakhirnya, ia menarik napas panjang sambil berkata : Anjing ini hampir mati kehausan.

Lalu perempuan itu meregukkan air yang hanya sedikit itu ke dalam mulut sang anjing. Air pun habis masuk ke dalam mulut sang anjing, dan perempuan itu
pun seketika terkulai roboh sambil tangannya masih memegang sepatu

Melihat perempuan itu tergeletak tak bernafas lagi, sang anjing menjilat-jilat wajahnya, seolah menyesal telah mereguk air yang semula akan direguk perempuan itu. Pelacur itu benar-benar telah meninggal.

Peristiwa luar biasa, bukan sekedar adegan wanita pelacur merelakan seteguk air untuk seekor anjing yang sama-sama kehausan. Tapi wanita itu telah melepaskan keterikatan jiwanya terhadap ikatan-ikatan duniawiyah. Ya, dalam perjalanan hidup ini, jika ada padang pasir yang sama, kita baru bisa keluar hanya dengan melepaskan keterikatan ini. Harta benda bisa dicari, tapi kesempatan untuk mendapatkan akhir hidup yang baik, itu yang sulit!

Perjalanan kadang kala letih didera cambukan ‘nasib’ yang terus bergerak layaknya ombak yang menghempas bebatuan cadas. Hanya saja tak ada pilihan untuk menghentikan perjalanan itu. Roda yang berputar sangat deras, dan manusia takkan mampu menghentikan hal itu.

Dari Abi Hurairah r.a. dari Rasulullah saw berabda, “Telah diampuni seorang wanita pezina yang lewat di depan anjing yang menjulurkan lidahnya pada sebuah sumur. Dia berkata, “Anjing ini hampir mati kehausan”. Lalu dilepasnya sepatunya lalu diikatnya dengan kerudungnya lalu diberinya minum. Maka diampuni wanita itu karena memberi minum. (HR Bukhari)

Kamis, 10 September 2009

Ketika ruh dicabut

Imam Ahmad dalam Musnad-nya, demikian juga Ibnu Hibban, Abu ‘Awanah Al-Isfirayaini dalam kitab Shahih keduanya, meriwayatkan dari Al-Manhal dari Zadan bin Al-Bara’ bin ‘Azib bahwa ia berkata, “Kami pernah pergi bersama Rasulullah untuk mengantar jenazah. Beliau duduk di atas kuburan dan kami duduk di sebelahnya. Kami diam dan tenang laksana di atas kepala kami terdapat seekor burung. Sambil menguburkan jenazah tersebut, Beliau berkata, “Aku berlindung diri kepada Allah dari siksa kubur.” Beliau mengucapkannya tiga kali.

Selanjutnya Beliau bersabda, “Sesungguhnya orang yang beriman jika akan pindah ke alam akhirat dan meninggalkan dunia, maka para malaikat itu turun kepadanya. Wajah mereka seperti matahari dan setiap dari mereka membawa wewangian dari surga dan kain kafan. Mereka duduk di dekat orang yang beriman sebatas pandangan kemudian malaikat pencabut nyawa duduk di dekat kepalanya dan berkata, “Wahai jiwa yang baik, keluarlah menuju ampunan dan keridhaan Allah.”

Rasulullah kemudian bersabda, “Ruh orang beriman pun keluar dari jasadnya seperti halnya air keluar dari mulut teko. Malaikat pencabut nyawa segera mengambilnya. Ketika ruh orang itu telah berada dalam genggamannya, para malaikat yang lain tidak membiarkan ruh orang beriman itu berada di tangan malaikat pencabut nyawa sekejap mata hingga kemudian mereka mengambilnya dan menaruhnya di atas kain kafan surga dan wewangian tersebut. Dari ruh orang beriman, keluarlah wewangian paling harum yang pernah ada di bumi.”

Kata Rasulullah selanjutnya, “Kemudian para malaikat naik membawa ruh orang beriman dan setiap kali mereka melewati para malaikat, maka mereka bertanya, “Ruh siapa yang harum ini?” Mereka menjawab, “Ini adalah si fulan bin fulan,” sembari menyebutkan nama terbaik yang pernah menjadi sebutannya ketika di dunia hingga kemudian mereka berhenti di langit kedua. Mereka minta dibukakan bagi ruh tersebut kemudian dibukakanlah untuknya. Ruh tersebut disambut seluruh makhluk di langit kedua dan mereka mendekatkan ruh tersebut ke langit berikutnya hingga mereka membawa ruh itu tiba di langit di mana Allah berada. Allah kemudian berfirman, “Tuliskan kitab hamba-Ku ini dalam ‘Illiyyin, lalu kembalikanlah ia ke bumi. Sebab, dari bumi itulah Kami menciptakan mereka, ke dalamnya Kami kembalikan mereka, dan darinya pula Kami keluarkan mereka sekali lagi.”

Selanjutnya Rasulullah bersabda, “Dan sesungguhnya orang kafir itu jika meninggal dunia menuju ke akhirat, maka para malaikat turun kepadanya dari langit dengan wajah yang hitam dan membawa kain kafan kasar, lalu duduk di dekatnya sebatas pandangan.

Malaikat pencabut nyawa datang kepadanya dan duduk di dekat kepalanya lantas berkata, “Wahai ruh yang kotor, keluarlah menuju kemurkaan dan kemarahan dari Allah!” Lalu ruhnya berpisah dari jasadnya dan malaikat mencabutnya seperti mencabut besi pembakar dari wol yang basah. Selanjutnya malaikat pencabut nyawa mengambilnya dan jika sudah ia ambil, maka para malaikat yang lain tidak membiarkan ruh tersebut di tangannya sekejap mata hingga kemudian mereka meletakkannya di dalam kain kasar tersebut. Dari padanya keluar bau paling busuk yang pernah ada di muka bumi.

Para malaikat membawanya naik dan setiap kali mereka melewati malaikat, mereka bertanya, “Ruh busuk siapa ini?” Para malaikat menjawab, “Ini adalah si fulan bin fulan,” sembari menyebutkan sejelek-jeleknya nama yang dialamatkan kepadanya ketika di dunia. Ruh itu terus dibawa naik hingga sampai ke langit dunia. Ia meminta agar pintu langit itu dibuka, namun tidak juga dibukakan untuknya.

Kemudian Beliau membacakan firman Allah swt., “Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak (pula) mereka masuk surga, hingga unta masuk ke lubang jarum.” (Al-A’raf: 40).

Allah swt. kemudian berkata, “Tuliskan kitabnya di Sijjin, di bumi yang terbawah!” Lalu ruh tersebut dilemparkan begitu saja. Selanjutnya Rasulullah membacakan firman Allah, “Barangsiapa menyekutukan sesuatu dengan Allah, maka ia seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh.” (Al-Hajj: 31) [Diriwayatkan oleh Ahmad (VI/287 dan 295) dan Abu Dawud (4753)]

Selasa, 08 September 2009

Membangun Peradaban Islam

Kata peradaban (al-hadharat, civilisation) seringkali diidentikkan dengan kata kebudayaan (al-tsaqafah, culture). Meskipun sementara kalangan membedakan pengertian kedua kata tersebut, namun argumen yang mengidentikkan keduanya juga cukup kuat. Kompromi dalam masalah ini ialah bahwa pada suatu saat pembedaan itu absah dan pada saat yang lain pengidentikan juga absah. Dalam bahasa Arab, selain disebut sebagai al-hadharat, peradaban terkadang juga disebut dengan al-tamaddun. Karena itu tidaklah mengherankan apabila masyarakat madani kemudian diterjemahkan menjadi masyarakat beradab atau civil society.

Dalam pengertiannya yang paling luas, peradaban mencakup aspek material maupun immaterial. Katakanlah, aspek material dicontohkan oleh piramida dan patung Sphinx Mesir, istana Al-Hamra, kastil Eropa Abad Pertengahan, atau gedung WTC yang telah runtuh, sementara aspek immaterial dicontohkan oleh ajaran Islam, ajaran Budha, filsafat Yunani, Konfusianisme, Kapitalisme, atau Sosialisme.

Manusia adalah makhluk yang berakal (al-hayawan al-nathiq), sehingga ia mampu berpikir secara progresif dalam membentuk peradabannya. Manusia telah bergerak secara progresif dari Zaman Batu ke Zaman Logam, sampai akhirnya ke Zaman Silikon. Manusia berbeda dengan burung, yang dari zaman Adam sampai sekarang tidak pernah berubah dalam cara membuat sarangnya.

Setiap zaman dimana manusia hidup mesti memiliki peradabannya sendiri-sendiri. Kecanggihan peradaban tidaklah bisa dinilai secara absolut. Suatu peradaban manusia bisa jadi sangat canggih pada masanya, namun ternyata dinilai kuno oleh generasi sesudahnya. Demikianlah seterusnya, baik dalam aspek material ataupun immaterial. Dalam aspek material, kaum ‘Aad, kaum Tsamud, dan bangsa Mesir Fir’aun telah mampu membangun gedung-gedung tinggi dan kokoh, sebagaimana manusia saat ini telah mampu membangun gedung-gedung pencakar langit. Dalam aspek immaterial, setiap generasi telah menciptakan sistem filsafat dan pemikirannya sendiri-sendiri, tanpa bisa diklaim bahwa yang belakangan lebih canggih daripada yang sebelumnya, sebagaimana diyakini oleh Hegel dengan konsep Filsafat Sejarah-nya.

Sejauh yang dicatat oleh sejarah, kebudayaan atau peradaban besar telah muncul di Cina, India, Babilonia, Mesopotamia, Yunani, Inka, Persia, Romawi, Arab, dan Eropa. Jadi, peradaban besar telah muncul baik di Timur (Cina, India, Babilonia, Mesopotamia, Persia, dan Arab) maupun di Barat (Yunani, Inka, dan Eropa).

Dalam perkembangan peradaban, suatu fenomena yang perlu dihadapi dengan serius ialah benturan peradaban (clash of civilisation, istilah yang dipopulerkan oleh Huntington). Di zaman modern ini, peradaban-peradaban yang diyakini akan mengalami proses benturan-benturan bisa dikutubkan atas peradaban Timur dan Peradaban Barat. Yang dimaksud dengan peradaban Timur terutama ialah peradaban Islam atau peradaban Arab meskipun di Timur ada juga peradaban Konfusianis dan yang lainnya. Sementara peradaban Barat ialah peradaban Eropa yang dalam waktu panjang telah diilhami oleh peradaban Yunani, Yahudi, dan Kristen. Dalam konteks agama-agama, benturan-benturan akan terjadi antara peradaban Islam, Yahudi, dan Kristen. Meskipun ketiga agama tersebut satu sama lain saling bergesekan, namun Yahudi dan Kristen bisa dikelompokkan dalam satu kubu apabila diperhadapkan dengan Islam. Ini karena sejarah Kristen dan Yahudi adalah satu. Agama Kristen ialah agama baru yang “diciptakan” oleh seorang Yahudi yang bernama Paulus. Karena itu tidaklah berlebihan apabila kita menyebut Yahudi sebagai kakak kandung Kristen.

Peradaban Islam ialah peradaban yang dalam waktu amat panjang telah menjadi mercusuar peradaban dunia. Setelah menaklukkan Persia dan Romawi, Islam mentahbiskan dirinya sebagai mercusuar tersebut. Kejayaan peradaban Islam ini terus berlangsung sampai akhirnya Mongol menyerang dunia Timur Islam, berpuncak pada serangan terhadap Baghdad. Di dunia Barat Islam, peradaban Islam mulai ambruk semenjak satu demi satu wilayah Islam ditaklukkan oleh Eropa. Akhirnya, Kordova pun tinggal kenangan belaka. Runtuhnya Kesultanan Turki Utsmaniyyah tercatat telah mencabik-cabik persatuan umat Islam sehingga Eropa pun semakin kuat mencengkeramkan kuku-kuku imperialisme-nya di negara-negara muslim. Peradaban Islam mengakhiri kejayaannya bersamaan dengan tercerahkannya Eropa pada masa Renaisans.

Semenjak kita, bangsa-bangsa muslim, terbelenggu oleh imperialisme Eropa (Barat), sumber daya alam kita dan bahkan kita sebagai sumber daya manusia telah dieksploitasi habis-habisan. Kita tidak hanya telah mengalami kerugian besar dalam hal material, namun yang lebih menyedihkan ialah bahwa kita telah mengalami depresi mental dan intelektual yang parah. Disamping sumber daya alam kita habis terkuras tanpa bisa kita nikmati, kita pun telah dilanda dengan inferioritas yang parah, etos kerja yang buruk, dan rendahnya tingkat pendidikan. Kita telah cukup puas dengan menjadi plagiator bagi sains dan teknologi Barat. Kita juga sudah cukup puas, bahkan sangat rakus, dengan menjadi pasar atau konsumen bagi produk-produk Barat. Kita seolah-olah telah lunglai dan merasa putus asa untuk bangkit dan mengejar Barat, karena semakin kita kejar ternyata laju mereka semakin cepat pula.

Kita harus sadar bahwa kita tidak akan pernah bisa bangkit dengan uluran tangan Barat. Kita harus bangkit dengan kaki-kaki dan tangan-tangan kita sendiri. Kita tidak akan pernah bisa mengejar dan melampaui Barat selama kita hanya puas dengan menjadi plagiator bagi peradaban mereka. Kita harus mengembangkan diri kita sendiri dengan memberdayakan segenap potensi yang ada pada diri kita.

Kita harus sadar bahwa Barat tidak akan pernah tulus dan rela untuk mengangkat kita dari lumpur yang dalam ini. Kita harus menyesal mengapa masih ada saja diantara kita yang tergila-gila dengan peradaban Barat, bahkan ketika itu adalah peradaban sampah yang memang mereka pun mengakui keburukannya dan ingin melepaskan diri darinya. Mereka sengaja melemparkan peradaban-peradaban sampah itu kepada kita agar kita semakin dalam terperosok kedalam lumpur kehinaan.

Kita harus melihat Barat sebagaimana adanya, tanpa perasaan inferior sedikit pun juga. Dengan rasa percaya diri yang besar, kita bisa mengambil apapun juga dari mereka kalau kita merasa itu memang perlu. Dan sebaliknya, kita pun harus tidak segan-segan melempar sesuatu dari mereka ke tempat sampah kalau kita merasa sesuatu itu tidak bermanfaat bahkan berbahaya bagi kita. Demikianlah generasi terdahulu kita telah berinteraksi dengan dunia luar di masa-masa keemasan peradaban kita. Kita harus mengulang masa keemasan tersebut.

Kita harus meraih kembali kejayaan kita dengan berpijak pada sumber peradaban kita sendiri, Al-Qur’an dan Al-Sunnah. Kita harus mengembangkan peradaban kita secara radikal, progresif, dan ekstensif dari kedua sumber tersebut.

Rabu, 02 September 2009

17 jam puasa di Belanda

Puasa di Belanda mencapai 17 jam per hari. “Tapi, tidak masalah bagi saya, semoga pahalanya lebih banyak,” kata Muhammad Gibran (24 tahun).Tiga tahun tinggal di Belanda, Gibran selalu bertemu Ramadhan di musim panas. Puasa di musim panas di Belanda dimulai pukul 04.45 Central Euro Time (CET) hingga pukul 21.00 CET.

Gibran, asli Indonesia, kini tinggal di Leiden. Insinyur yang satu ini bekerja di Heerema Marine Contractor Nederland BV. Ia tinggal di Belanda sejak 2 September 2007.

Lain lagi dengan Annisa Gita Srikandini (23), puasa tahun ini menjadi pengalaman pertamanya. Cobaan pertama yang ia rasakan adalah rasa haus yang teramat sangat. Hal tersebut disebabkan karena ia mengayuh sepeda, setiap bepergian. “Orang-orang Indonesia harus banyak-banyak minum air putih ketika sahur, jika ingin kuat berpuasa di sini,” kata perempuan asal Yogyakarta itu yang tinggal di Groningen itu.

Selama Ramadhan ini, mahasiswi yang mengikuti program Erasmus Mundus di Universitas Groningen itu melihat indahnya toleransi. Ia terkesan dengan beberapa temannya yang menghormati puasanya. Teman dari India mengaku kaget ketika ia bercerita dirinya berpuasa 17 jam sehari.

Meski berpuasa di musim panas, Gibran mengaku menikmati Ramadhan di Belanda. Acara buka bersama atau ta’jilan hampir selalu digelar oleh komunitas-komunitas Muslim di setiap masjid. “Suasananya menyenangkan dan saya suka bisa berbaur dengan mereka,” kata Gibran.

Selain itu, komunitas Muslim di Belanda juga mudah menjalankan ibadahnya. Hampir selalu dijumpai masjid di setiap kota. “Setiap kota hampir selalu memiliki tiga sampai empat masjid, ada masjid Maroko, masjid Turki, bahkan masjid Indonesia,” ujar dia.

Berbagai informasi tentang Ramadhan juga mudah di jumpai di masjid. Ada informasi jadwal shalat, jadwal puasa, acara tadarus, pengajian, taushiah, badan zakat, idul kurban, bahkan infomasi mengenai penyelenggaraan ibadah haji.

Di masjid, kata Gibran, mereka tak pedulikan negeri asal. Bersama mahasiswa dari Indonesia, Gibran sering mengadakan pengajian, tadarus, buka bersama, dan tarawih berjamaah. “Biasanya dilakukan pada akhir pekan dan bergiliran dari rumah ke rumah,” ujar Gibran.

Tapi, ada tantangan di Belanda. “Tidak ada dispensasi waktu kerja atau belajar,” kata Gibran. Namun, hal tersebut justru memacu Gibran untuk membuktikan bahwa puasa bisa menambah produktivitas kerja dan tetap bersemangat