Kamis, 26 November 2009

Berubahlah..!

Setelah profil saya muncul di rubrik “Tokoh” sebuah majalah, ada seseorang menelpon berkomentar tentang isi rubrik tersebut. Intinya ia mengucapkan selamat saya telah berhasil meraih gelar doktor.

Sahabat saya ini paling tau perkembangan saya dari kecil. Dia tau betul waktu masih menjadi pelajar saya tidak punya prestasi sama sekali untuk dibanggakan. Di Facebook teman SMA saya juga berkomentar bahwa dia tidak menyangka saya sekarang seperti ini.

Memang hidup ini bagai roda pedati, kadang kita di atas, kadang bisa pula di bawah. Semasa menjadi pelajar saya memang tergolong murid yang biasa-biasa saja. Tidak punya keistimewan, prestasipun tak ada. Maka wajar bila orang-orang yang dulu pernah mengenal saya terheran-heran kok saya bisa sekarang menjadi doktor dalam usia muda pula.

Tapi tidak dengan mereka yang mengenal saya sejak kuliah. Teman kuliah pernah menceritakan tentang diri saya kepada seseorang. Seseorang itu menceritakan lagi kepada saya. Katanya kerjaan saya waktu kuliah dulu belajar terus. Asal dia liat saya, saya biasanya lagi belajar. Pernah ditanya kok saya belajar terus. Ternyata jawaban saya waktu itu karena saya ingin melanjutkan S2 dan S3. Saya sendiri sudah lupa tentang itu.

Proses bermetafosanya saya dari murid yang biasa-biasa saja menjadi mahasiswa berprestasi tidak terlepas dari peran kakak saya yang memperkenalkan saya pada Forum Studi Islam. Sejak saat itu mulailah saya memperdalam agama. Saya menjadi begitu mencintai buku karena buku adalah jendela ilmu. Allah SWT begitu mencintai orang-orang yang berilmu.

Saya ingin menjadi orang yang dicintai Allah SWT. Sejak saat itu sayapun menutup aurat. Semakin saya perdalam agama semakin candu saya belajar. Ternyata begitu jelas arahan Allah SWT kepada ummat-Nya. Allah SWT yang menciptakan kita, Dia paling tau untuk apa kita diciptakan. Allah SWT ingin kita memimpin dunia, memimpin makhluk yang ada di atas bumi ini, menyeru mereka kepada Allah SWT.

Tapi tak semua orang dipilih Allah SWT untuk tugas mulia itu. Hanya orang-orang khusus, yang bermental baja, bernyali singga, yang menggunakan otaknya untuk memikirkan penciptaan-Nya, yang tak pernah jemu menengadah disepertiga malam saat orang-orang terlelap tidur. Semakin banyak saya berikan waktu saya kepada Allah SWT, semakin saya rasakan hidup ini begitu mudah. Semakin kuat cita-cita saya menyeru manusia kepada Allah SWT, semakin mudah saya memahami apa saja yang saya pelajari. Semakin saya dedikasikan diri saya untuk Allah SWT semakin Ia permudah segala urusan saya seperti jodoh, keuangan, kesehatan dll. Sesuai dengan janji Allah SWT, “Wahai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong agama Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu”. (QS. Muhamad :7)

Kita semua tentu ingin mencintai dan dicintai Allah SWT. Kita semua berharap segala urusan kita dipermudah-Nya. Di antara kita mungkin banyak yang berharap diberikan jodoh yang sesuai, dilapangkan rezeki, diberi anak-anak yang sehat dan sholeh. Bagi Allah SWT itu semua kecil dan mudah. Jangankan itu syurgapun sangat mudah Allah SWT berikan.

Hanya ada dua hal yang menjadi syaratnya, yaitu kita kerjakan seluruh yang diperintahkan dan kita tinggalkan seluruh yang menjadi larangan-Nya. Menyebutkannya memang mudah, tapi mengaplikasikannya dalam kehidupan yang sulit. Tapi kalau kita berpedoman pada apa yang dipesankan Rasulullah SAW. dijamin kita tidak akan mengalami kesulitan. Dua hal itu adalah Al-Quran dan Sunnah. Mari kita jadikan ia sebagai pedoman, rule of law, undang-undang, agar tidak kita dapati hidup ini memberatkan. Setelah itu kita berdoa. Mohonlah dengan hati yang dalam, pintalah dengan sungguh-sungguh, merajuklah pada-Nya, biarkan air mata itu mengalir deras menghapus dosa-dosa kita. Percayalah Allah SWT takkan membiarkan kita lemah dan kalah kalau kita benar-benar sungguh-sungguh. Selagi Allah SWT masih memberikan nafas, selagi mata ini masih bisa menatap langit, selagi hati ini belum Ia butakan, mari kita berubah.

Perubahan tidak mesti memperbaiki sesuatu, tapi untuk menjadi lebih baik kita mesti berubah. Belum terlambat bagi kita memancangkan niat untuk menjadi hamba yang mukminin, manusia yang muttaqin, makhluk yang memancarkan kebaikan kepada sesama. Belum tertutup pintu taubat bagi hamba yang mau bertaubat.

Mari kita berubah, kita jadikan persinggahan yang sebentar di dunia ini sebagai wahana bagi kita berpetualang mengumpulakan amal sebanyak-banyak untuk bekal kelak di akhirat.

Saya bisa, dia bisa, mereka juga bisa, Anda tentu lebih bisa lagi!!

Jumat, 13 November 2009

Anak-anak Gaza berselancar di internet tembus blokade Israel

Yasser Az-Za`eem, anak laki-laki 14 tahun dari kamp Shatti, pengungsian kaum miskin di bagian barat Kota Gaza, menghabiskan kebanyakan waktunya di depan komputer murah, yang dihubungkan dengan server internet murahan, sambil bercakap dengan temannya dari negara lain.

Berselancar di internet menjadi satu-satunya hiburan, bukan hanya buat Az-Za`eem tapi juga buat sebagian besar temannya. Berselancar di internet merupakan jalan untuk bertemu dengan teman baru, menjelajahi jejaring atau bermain game.

Mereka percaya, itu adalah satu-satunya cara menerobos blokade tiga tahun Israel yang diberlakukan atas Jalur Gaza.

Az-Za`eem, yang tak pernah keluar Jalur Gaza sejak dilahirkan di kamp pengungsi itu, mengatakan, ia memiliki jaringan hubungan luas dan persahabatan di internet dengan kerabat dan teman di Tepi Barat Sungai Jordan dan di negara lain di seluruh dunia.

“Buat saya, jejaring adalah jendela langka untuk membangkang terhadap pengepungan yang sedang berlangsung,” kata Az-Za`eem kepada wartawan kantor berita China, Xinhua –Saud Abu Ramadan dan Emad Drimly.

Anak laki-laki cerdas tersebut mengatakan, ia telah mulai belajar cara menggunakan komputer lima tahun lalu ketika ia mengetahui bahwa sebagian kerabat dan tetangganya memiliki komputer. Ia memohon kepada ayahnya, yang memiliki pekerjaan dengan gaji rendah, agar membelikan dia dan saudara laki-laki komputer Compaq.

Komputer dan laptop, kebanyakan buatan China, berharga antara 500 dan 2.000 dolar AS. Komputer diselundupkan ke Jalur Gaza melalui terowongan bawah tanah di perbatasan antara daerah kantung Palestina yang dirundung blokade itu dan Mesir.

“Ketika saya menggunakan komputer untuk pertama kali, saya benar-benar tidak tahu cara menggunakannya,” kata Az-Za`eem. “Setelah lima tahun, saya dapat mengatakan saya sedikit ahli dalam penggunaan komputer dan mengetahui cara berselancar di jejaring internet, yang mengubah dunia jadi satu desa kecil. Komputer buat saya sangat perlu dan berarti.”

Meskipun menderita kemiskinan dan pengangguran, kebanyakan dari 1,5 juta warga di wilayah sempit yang miskin tersebut memiliki komputer atau laptop di rumah mereka, dan penjual serta pedagang alat elektronik mengatakan permintaan naik setelah harga turun.

MSN messenger, skype, dan yahoo menjadi sangat kondang sehingga percakapan dengan teman dan kerabat dari seluruh dunia sambil saling melihat di kamera komputer kini menjadi kegiatan lumrah di Jalur Gaza.

“Saya berselancar di jejaring dan membaca di laman buat anak serta mengunduh permainan. Saya juga mencari data yang membantu saya mengerjakan penelitian dan karya tulis buat sekolah saya, terutama dalam bidang geografi dan matematik,” kata Az-Za`eem.

“Tetapi ketika saya berbincang dengan teman-teman, saya iri dengan mereka saat saya membandingkan kondisi hidup saya dengan mereka,” katanya.

Sepupu tak pernah bertemu

Az-Za`eem secara rutin berbicara melalui jejaring internet dengan sepupunya Mohamed, yang tinggal di kota Ramallah, Tepi Barat. Kedua anak itu tak pernah bertemu selama lebih dari dua tahun sejak Israel memberlakukan blokade ketat atas Jalur Gaza setelah HAMAS merebut kekuasaan atas daerah kantung tersebut pada Juni 2007.

“Ketika saya berbincang dengan sepupu saya, Mohamed, kami menyalakan mikrofon dan kamera jejaring kami seakan-akan kami duduk bersama. Ia memberitahu saya bagaimana kondisi Ramallah dan apa yang ia lakukan di sekolah dan saya mengeluh kepada dia mengenai kesulitan hidup di Jalur Gaza,” kata Az`Za`eem.

Az-Za`eem, anak keempat di antara saudara laki-laki dan perempuan, adalah siswa nomor satu di sekolah, tempat ia menggunakan komputer dan keterangan yang ia dapatkan di jejaring guna memperkaya pengetahuannya.

Bukan hanya berselancar di jejaring untuk anak-anak, atau mencari permainan dan keterangan, ia juga mengikuti berita olahraga. Ia adalah penggemar tim sepak bola Spanyol, Barcelona, dan ia terus mengikuti perkembangan terbaru klub itu dan mengetahui nama pemain bintang tim tersebut.

Az-Za`eem juga sangat menyukai piranti lunak rancangan photoshop, yang ia gunakan untuk mengedit fotonya. Ia mengatakan ia sekarang ahli dalam program itu, sementara permainan kesukaannya meliputi GTA, atau Vice City Beach, yang meliputi mengemudikan mobil dan pertempuran.

“Saya pernah membuat tipuan, ketika saya memasang foto ayah saya sedang berdiri bersama seorang perempuan dan saya memperlihatkannya kepada ibu saya dan memberitahu dia bahwa perempuan ini adalah pacar ayah saya. Ibu sangat marah, tapi ketika saya memberitahu dia yang sebenarnya, setiap orang di dalam keluarga saya terbahak-bahak,” kata Az-Za`eem.

Ibunya mengatakan ia tidak membiarkan anaknya sendirian di depan komputer. “Kami memantau dia dengan mengamati siapa orang yang diajaknya berbincang, dan kami memastikan bahwa ia tidak menonton gambar porno atau berselancar ke jejaring kelompok Islam fanatik yang akan mengubah cara berfikir anak-anak,” katanya.

“Internet sangat bermanfaat, tapi pada saat yang sama sangat berbahaya jika orang-tua tidak mengawasi anak mereka. Kami berusaha memastikan Yasser mendapatkan manfaat dan meningkatkan bakatnya, dan pada saat yang sama kami memantau apa yang biasa ia tonton,” kata sang ibu saat ia membawakan segelas jus buat putranya.

Az-Za`eem mengatakan, ia berharap dapat membeli komputer yang lebih bagus, lebih cepat dari yang ada sekarang dan memiliki PC pribadi sendiri tanpa berbagi dengan saudara laki-laki dan perempuannya. Namun, ia mengeluhkan pemadaman listrik yang terjadi setiap hari di Jalur Gaza.

Pasokan listrik di daerah kantung tersebut biasanya padam selama sedikitnya lima jam setiap hari karena pembangkit listrik di Jalur Gaza menghadapi kesulitan memperoleh bahan bakar diesel gara-gara blokade Israel.

“Ketika listrik padam, saya pergi menemui teman saya dan kadang-kala kami pergi ke warung internet, yang memiliki generator listrik, untuk melanjutkan pencarian dan selancar kami,” kata Az-Za`eem.

Menurut data statistik tak resmi, ada sebanyak 330 warung internet di Jalur Gaza, tempat kebanyakan pelanggan mereka adalah anak-anak, remaja dan orang tua, yang pergi ke sana untuk berselancar atau bercakap dengan teman. Mereka yang biasanya mengunjungi warung internet tak mampu membeli komputer.

Az-Za`eem juga mengeluh bahwa kecepatan internet sangat lamban di Jalur Gaza akibat sangat banyak pengguna internet. Ditambahkannya, ayahnya membayar biaya bulanan sebesar 15 dolar AS ke perusahaan telekomunikasi Palestina untuk menggunakan internet. Kecepatan internet di rumah Az-Za`eem hanya 128 kilobyte per detik.

Pejabat telekomunikasi Pemerintah Otonomi Nasional Palestina (PNA) Mashour Abu Dagga mengatakan penggunaan internet telah berkembang baru-baru ini kendati blokade diberlakukan atas Jalur Gaza, dan telah menjadi salah satu faktor penting dalam ekonomi Palestina.

Meskipun Az-Za`eem mencintai komputer dan internet, ia memimpikan pada suatu hari dapat menjadi seorang insinyur yang mengkhususkan diri dalam bidang pemrograman komputer dan internet.

“Saya dapat memperoleh banyak uang, tapi saya tahu ini takkan mudah dan saya harus bekerja keras untuk mewujudkan ambisi ini,” katanya.

Minggu, 08 November 2009

Israel ingin serang Gaza lagi

Al-Quds, Kepala Staf Militer Zionis, Jenderal Gaby Ashkenazi mengungkapkan keyakinanya bahwa pertempuran mendatang yang akan digelarkan Militer Zionis, akan meliputi Gaza dan sekitarnya.

Dalam pidatonya saat acara wisuda latihan angkatan darat Zionis, Selasa (3/11) Ashkenazi mengatakan, militer Zionis akan kembali menghadapi tembakan roket yang lebih dahsyat lagi. Pertempuran kota dan daerah akan kembali pecah. Termasuk di masjid-masjid, lapangan, tempat bermain anak-anak, sekolah dan lainya. Karena musuh kita menginginkan seperti ini”, ungkapnya.

Ashkenazi menambahkan, militer Israel akan memberikan dukungan penuh pada semua komandan Zionis untuk melakukan tindakan apapun, terkait dengan laporan Goldstone yang telah mengungkap kejahatan perang di Gaza. Ia berpesan pada serdadunya, “besok saat kalian menjalankan tugas, kalian harus tahu bahwa kalian akan menghadapi rintangan serupa. Tapi jangan khawatir militer berada dibelakang kalian. Kalian harus percaya dengan kekuatannya.

Kami ingatkan, perdana menteri Israel, Benyamin Netanyahu telah membentuk tim baru untuk membahas serangan balik bagi laporan Goldstone. Kalian harus tahu, bahwa kalian akan menghadapi musuh yang menjadikan anak-anak sebagai tameng hidup, tukasnya.

Sebelumnya, kepala intelijen Zionis, Amos Yedlen Senin (2/11) mengatakan, gerakan Hamas telah melakukan percobaan sukses menembakan roketnya yang berjarak tempuh 60 km yang bisa menjangkau Tel Aviv di wilayah Palestina jajahan 48.

Sementara itu, gerakan Hamas membantah pernyataan tersebut dan menganggap klaim Yedlen sebagai bentuk keterpurukan mereka dalam menghadapi laporan Goldstone.

Seperti diungkapkan, jubir Hamas, Fauzi Barhum dalam pernyataan persnya kepada Infopalestina Selasa (3/11). Ia mengatakan, langkah Zionis tersebut dalam rangka mempengaruhi opini dunia, sebelum pembahasan Laporan Goldstone di Lembaha Umum PBB. Sikap ini menunjukan krisis yang dialami Zionis yang mendorongnya untuk membuat alasa dan rekayasa untuk menggembosi dan mempengaruhi opini dunia terhadap Hamas. Pernyataan ini untuk membenarkan kejahatanya terhadap Gaza.

Perlu diketahui, pada perang terakhir ke Gaza 27 Desember 2008 hingga 20 Januari 2009, militer Zionis membantai 1500 Palestina. 82 % di antaranya sipil dan melukai 5400 lainya. Di samping menghancurkan sejumlah rumah dan infrastruktur Gaza.

Kamis, 05 November 2009

Coklat dari langit

Ayahku sejak SMA sudah aktif berdakwah. Ia bersekolah di sebuah SMA favorit di Jakarta Selatan. Meski masih pelajar, ayahku sudah menjadi murabbi (baca: guru mengaji) bagi teman-teman dan adik kelasnya.

Ada kisah yang menarik yang pernah dialami ayahku pada tahun 1989. Saat duduk di bangku kelas III ayahku dan aktivis dakwah di sekolahnya mengisi liburan tahun baru dengan menyelenggarakan pesantren kilat untuk adik-adik kelasnya. Acara itu dilaksanakan di sebuah villa di Puncak. Selain sebagai panitia ayahku juga menjadi salah satu penyampai materi.

Acara itu diselenggarakan selama tiga hari. Setelah acara itu selesai, salah seorang kakak kelas ayahku yang telah kuliah di sebuah universitas negeri yang berlokasi di selatan Jakarta, mengajak ayahku survey tempat untuk acara Tafakkur Alam fakultasnya ke Cibodas, kaki Gunung Gede.

Dengan pemahaman bahwa pekerjaan survey itu juga adalah bagian dari kerja dakwah yang punya nilai pahala yang tinggi di mata Allah swt., ayahku setuju. Maka, berangkatlah ayahku dengan kakak kelasnya. Karena ingin berbagi kebaikan, ayahku juga mengajak seorang sahabatnya seangkatan di SMA.

Dalam Islam jika dalam perjalan lebih dari satu orang maka harus menunjuk salah satu menjadi amir safar (pemimpin perjalanan). Dengan alasan lebih tua, semua sepakat mengangkat kakak kelas ayahku yang sudah mahasiswa itu menjadi Amir Safar.

Amir Safar mengajak ayahku dan sahabatnya mengumpulkan uang yang mereka miliki untuk membiayai perjalanan. Maka terkumpullah sejumlah uang dari saku mereka. Ternyata hanya cukup untuk bayar angkot ke Pertigaan Cibodas, sarapan bubur untuk bertiga, dan ongkos bis kembali ke Jakarta. Tidak ada ongkos untuk naik ojek atau angkot menuju dan kembali dari lokasi wisata alam ke jalan utama Cianjur-Puncak di Perempatan Cibodas, apalagi untuk membeli makan siang.

Dengan pertimbangan tidak ada waktu lagi untuk survey di lain waktu sementara tanggal acara sudah mepet, dan lokasi pesantren kilat tidak terlalu jauh dari Cibodas, mereka bertiga menguatkan hati untuk tetap melakukan survey. Mereka ingat ayat Al-Quran yang berbunyi intanshurullaha yanshurkum, jika engkau menolong Allah, Allah akan menolong kamu.

Mereka bertiga berencana di pagi hari setelah pesantren kilat usai akan naik angkot sampai ke Pertigaan Cibodas. Di sana mereka sarapan bubur. Seingat mereka di pertigaan Cibodas ada orang berjualan bubur. Setelah itu mereka akan jalan kaki menuju lokasi taman wisata alam Cibodas.

Sayangnya, sesampai di Pertigaan Cibodas tukang bubur yang mereka bayangkan sedang tidak berjualan. Akhirnya dengan perut kosong dan menahan dinginnya udara pagi, mereka menggerakkan kaki menuju taman wisata alam Cibodas. Lumayan jauh dan perjalanan sedikit mendaki.

Air dari langit menitik. Gerimis kecil. Sapuan angin gunung menambah dingin bulir-bulir air yang menerpa ketiga tubuh tim survey tafakur alam yang belum sarapan pagi itu. Setiba di kawasan taman wisata alam Cibodas di samping areal parkir ada pasar kecil tempat warga setempat menjual oleh-oleh. Hasil bumi warga puncak juga dijual di sana. Ada jagung, alpukat, wortel, salak, dan sayur-mayur.

Gerimis dan udara dingin membuat perut yang belum sarapan minta diisi. Karena uang mereka terbatas, ayahku dan kedua temannya sepakat membeli salak. Jadilah mereka sarapan pagi itu dengan masing-masing mendapat beberapa butir buah salak.

Setelah sarapan yang tidak biasa itu, mereka merencanakan tafakur alam akan mengambil base camp di area bumi perkemahan yang ada di kawasan wisata alam Cibodas lalu akan ada acara perjalanan ke kaki Gunung Gede menuju Telaga Biru dan berakhir di Air Terjun Cibeureum.

Hanya saja tim survey dadakan ini punya masalah. Mereka tidak punya uang untuk membeli karcis masuk ke areal wisata alam Cibodas. Mereka berpikir bagaimana bisa sampai kaki Gunung Gede tanpa harus masuk melalui pintu gerbang. Akhirnya mereka sepakat mengambil jalan memutari pagar pintu gerbang taman wisata alam Cibodas menuju tepi desa dan meretas hutan. Mereka menerobos semak, mengikuti bekas aliran air, menaiki tebing, mencari jalan batu yang biasa menjadi track para pendaki menuju Gunung Gede.

Dengan susah payah dan baju basah kuyup bercampur tanah (maklum, mereka tidak pake jaket. Kan ini perjalanan nekat tanpa persiapan), akhirnya mereka sampai ke jalan setapak yang menjadi track pendakian menuju Gunung Gede. Saat itu hari menjelang Zhuhur. Mereka sepakat melanjutkan perjalanan dan menargetkan tiba di air terjun Cibeureum sebelum Ashar.

Sambil berdzikir mengucapkan Allahu Akbar di setiap langkah mereka yang mendaki, ayahku dan dua rekannya berharap mendapat tambahan tenaga. Maklum, energi mereka hanya dari pembakaran beberapa butir salak sih. Ashar mereka tiba di air terjun Cibeureum. Di sana mereka bergegas mengambil wudhu dan melaksanakan shalat zhuhur dan ashar dijamak qashar dengan waktu dita’khir.

Setelah itu mereka beristirahat. Rupanya hari itu tidak banyak orang di sana. Hanya ada mereka bertiga dan rombongan pemuda-pemudi yang terdiri dari tiga lelaki dan dua orang wanita. Wajah mereka jelas menunjukkan bahwa mereka beretnis Cina. Kelima orang itu menikmati panorama air terjun sambil mengunyah wafer coklat. Ayahku berkata kepada kedua temannya, “Emang enak dingin-dingin begini makan coklat. Coklat kan banyak kalorinya.” Kedua temannya hanya bisa tersenyum. Maklum, perut mereka juga sudah mendendangkan laku keroncong berirama lapar. Belum makan siang sih.

Tak lama kemudian rombongan etnis Cina itu beranjak untuk turun kembali ke Cibodas. Ayahku dan kedua temannya masih bertahan di air terjun Cibeureum beberapa saat untuk menghimpun tenaga.

Setelah langit menjadi lebih redup, kabut mulai turun, dingin semakin terasa menusuk tubuh mereka yang tanpa jaket, ayahku dan kedua temannya memutuskan untuk turun. Pulang.

Mereka susuri lagi jalan batu setapak menuju pintu gerbang Cibodas. Belum lama mereka melangkah, tiba-tiba ayahku melihat ada tiga batang coklat tergeletak di batu. Punya siapa? Seingat mereka tidak ada lagi orang selain mereka setelah rombongan pemuda-pemudi etnis Cina. Apakah coklat bertabur kacang mede itu milik mereka yang terjatuh? Seingat ayahku, rombongan itu makan wafer coklat, bukan coklat berkacang mede. Apakah ini coklat dari langit? Seingat ayahku, ia tidak berdoa meminta coklat kepada Allah. Ia hanya berseloroh kepada kedua temannya yang kelaparan. Subhanallah!

Ayahku dan kedua temannya berprasangka baik kepada Allah. Ini pasti coklat kiriman Allah untuk mereka. Mereka pun menyantap coklat itu dengan harapan mendapat energi untuk melawan dingin dan tenaga menapaki jalan turun menuju Pertigaan Cibodas.

Subhanallah, subhanallah, subhanallah! Lafadz dzikir diucapkan oleh ayahku dan kedua temannya di setiap kaki mereka menapaki jalan menurun. Kali ini ucapan subhanallah benar-benar punya makna. Maha Suci Allah. Allah memang benar-benar ada! Ia menolong orang-orang yang berjuang menolong agamanya. Bukankah tujuan survey yang dilakukan ayahku dan kedua orang temannya dalam rangka menyiapkan acara dakwah?

Singkat cerita mereka sampai ke Pertigaan Cibodas. Langit sudah gelap. Maghrib sudah lewat. Hujan turun. Dalam remang menuju gelap mereka menanti bis dari arah Cianjur yang menuju Puncak untuk membawa mereka kembali ke Jakarta. Tapi, hari itu liburan tahun baru. Bis antar kota tidak ada yang melintas. Semua bis dari antar kota yang menuju Jakarta dialihkan dari Cianjur menuju Sukabumi-Ciawi langsung ke Tol Jagorawi. Jadi, mustahil ayahku dan kedua temannya mendapat bis.

Mereka pun menyusuri jalan ke arah menuju Puncak sambil sekali-kali mengacungkan tangan ke mobil pribadi berplat B untuk minta tumpangan menuju Jakarta. Sayang, tidak ada mobil yang mau berhenti. Di suatu tempat mereka berteduh. Saat itu ayahku memecah kebisuan teman-temannya yang sibuk mengusir dingin dari tubuh mereka dengan menggosok-gosokan tangan dan muka. Ayahku berseloroh, “Asyik ya kalau dalam kondisi kita yang seperti ini tiba-tiba ada seorang bapak menegur kita, ‘Dik, mau kemana?’ Kita jawab, ‘Ke Jakarta, Pak.’ Bapak itu berkata, ‘Tidak ada bis, Dik. Sudah, nginep di villa Bapak saja. Besok baru pulang ke Jakartanya.’”

Subhanallah! Belum lama ayahku berseloroh, tiba-tiba muncul seorang pemuda, lebih tua beberapa tahun dari mereka bertiga. Pemuda itu bertanya, “Kalian mau ke mana?” Ayahku menjawab, “Pulang ke Jakarta.” Pemuda itu berkata, “Tidak ada bis. Mendingan kalian menginap saja di villa kakakku. Besok pagi baru pulang ke Jakarta.”

Maha Suci Allah! Dia begitu dekat dengan hamba-hambanya yang berjuang di jalannya, meskipun perjuangan itu hanya melakukan survey untuk sebuah acara tafakur alam. Ayahku dan kedua temannya malam itu bermalam di villa. Mereka mendapat baju salinan, makanan malam, dan selimut yang hangat. Subhanallah, Maha Suci Allah! Pertolongan itu pun mereka dapat bukan dari tangan orang muslim, tapi lewat seorang pemuda nasrani. Begitulah pertolongan Allah, bisa datang dari arah yang tidak disangka-sangka. Subhanallah, subhanallah, subhanallah! (haidar)

Al Qur'an muncul di kulit bayi

Rusia. Kisah ayat Al-Qur’an muncul di tubuh bayi masih menjadi perhatian serius di Rusia. Salah seorang ulama Rusia menganggap pemunculan ayat suci itu sebagai peringatan dari Tuhan.

“Kami menganggapnya sebagai peringatan untuk muslim Rusia dan Dagestan. Mereka harus menjalani perintah Allah, menyesali kesalahan-kesalahannya, dan melepaskan diri dari konflik dan perpecahan yang kini melanda Dagestan dan Caucasus,” kata seorang ulama, Akhmedpasha Amiralaev seperti dilansir The Sun.

Hingga kini logika maupun peralatan kedokteran memang belum mampu memecahkan misteri bocah Rusia tersebut.

Bocah ajaib yang mendapatkan ‘berkah’ itu adalah Ali Yakubov, bocah berumur 9 bulan. Ayat suci muncul di kulit Ali tidak lama setelah kelahirannya. Salah satu ayat yang muncul menyatakan ‘Allah adalah pencipta seluruh alam’. Uniknya lagi, petikan ayat suci ini hanya timbul setiap Senin dan Kamis malam.

Dilansir Interfax, Rabu (21/10/2009), mulanya orang tua Ali tidak memberitahukan kepada siapapun akan keajaiban si bayi. Tulisan Alquran pertama kali muncul di dagu Ali. Setelah dagu, ayat-ayat Alquran pun mulai terlihat pada punggung, lengan, kaki dan perut Ali.

Setelah berkali-kali terjadi, orang tua Ali akhirnya memutuskan memberitahukan keajaiban itu kepada dokter. Terlebih bila ayat-ayat itu muncul, Ali seperti kesakitan. “Ali selalu merasa tidak sehat ketika tanda itu muncul. Ia menangis dan suhu badannya meningkat,” ujar ibu Ali, Medina.

Saat ayat-ayat Alquran itu muncul di tubuh bayinya, Medina mengaku tidak mungkin menggendong Ali. “Badannya secara aktif bergerak, sehingga kami menaruhnya di tempat buaian. Sangat sulit melihatnya menderita,” ceritanya.