Selasa, 06 Oktober 2009

Ghozwul fikri [ perang pemikiran ] part 2

Bisa jadi perang itu berupa perang fisik, militer, yang korbannya berupa kematian, hancurnya kota dan bahkan negara, kerugian material yang banyak, dan juga korban secara psikologis. Bisa jadi pula perang itu berupa perang pemikiran (ghazwul fikri), tanpa melibatkan kekuatan militer, dan korbannya berupa pikiran-pikiran yang tersesatkan, serta jiwa-jiwa yang ketakutan.

Kedua perang itu sama-sama membawa korban, namun korban yang lebih parah dan berbahaya justru ditimbulkan oleh perang pemikiran atau perang intelektual tersebut. Jika perang militer, maka korban manusia berupa kematian atau cacat. Namun ghazwul fikri adalah manusia sehat secara jasmani, namun sakit dari sisi rohaninya. Ia akan menjadi agen dari musuh-musuh Islam. Bahkan ikut aktif menyebarkan kesesatan tanpa ia sadari. Ia membangun umat Islam lewat konsep-konsep “baru”, ia merasa Islam harus senantiasa diperbaharui, sampai ke tingkat aqidah, hukum dan perulaku. Padahal sesungguhnya ia merusak umat.

Ghazwul Fikri terhadap Islam telah berlangsung sekian lama. Mereka ingin menjadikan wajah Islam seburuk mungkin, bisa dengan jalan menampilkan kesan “ekstrem” dan fundamental –sehingga manusia takut dan ngeri terhadap Islam dan penganut setianya. Mereka yang punya komitmen terhadap Islam, diberikan julukan ekstrimis atau fundamentalis. Akibatnya Islam ditakuti baik oleh pengikutnya sendiri yang terlanjur menjadi korban ghazwul fikri –apalagi oleh orang non muslim. Namun ada kalanya Islam ditampilkan dengan bentuk yang kelewat lembek, itulah hasil rekayasa musuh-musuh Islam, dan itulah yang dihasilkan oleh ghazwul fikri yang mereka kehendaki, sebagaimana firman Allah :

Mereka ingin memadamkan cahaya Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir benci (Ash Shaff (61) : 9).

Hasil lain, sebagaimana tujuan yang telah mereka canangkan dari peperangan ini adalah dengan menjauhkan muslimin dari agamanya. Umat Islam dibuat enggan mempelajari agamanya sendiri dengan diberikan kesibukan dan permainan yang mengasyikkan, atau kerena telah merasakan phobie terhadap Islam. Ini amat terasakan saat ini.

Kaum muslimin mulai sibuk dengan perniagaan yang melelahkan, sehingga tidak punya lagi kesempatan taffaquh fiddin (memperdalam pengetahuan ad diin). Adapula yang tergelincir dalam perangkap jahiliyah, kaum muslimin terlena dalam berbagai hiburan maksiat, yang membuat mereka lemah semangat, tidak memiliki gairah membela Islam. Ada pula yang terlanjur terhadap propaganda Barat yang dititipkan media pers, bahwa Islam identik dengan perang, Islam identik dengan darah, Islam itu kejam, sehingga mreka menjadi phobie terhadap Islam untuk kemudian secara perlahan-lahan meninggalkan ajarannya.

Lebih lanjut lagi, mereka juga berkehendak membawa kaum muslimin pada millah (agama) mereka. Setelah merka kaburkan Islam dengan ucapan-ucapan mereka, kemudian mereka jauhkan kaum muslimin dari agamanya, maka tidak ada lagi yang bisa menghalangi kaum muslimin untuk mengikuti millah mereka, sebagian atau seluruhnya.

Orang-orang Yahudi dan Nasrani itu tidak akan ridho kepadamu, sampai engkau mengikuti millah(ajaran) mereka (Al Baqoroh (2) : 120).

Mengikuti millah mereka secara total, artinya kaum muslimin berpindah agama. Mereka tinggalkan Islam, dan kematian masuk ke agama lain –sesuai yang mengarahkan. Kalaupun tidak bisa mengikuti millah non Islam, tetap akan diusahakan agar kaum muslimin mengikuti millah mereka bagian demi bagian, mulai dari cara hidup, orientasi kerja, perilaku dan pemikirannya. Akhirnya terjadi pribadi yang pecah pengakuan formalnya sebagai seorang muslim, namun dalam kenampakan kesehariannya ia sama sekali bukanlah seorang Islam.

Tak pernah mereka berhenti dari usaha ini. Ghazwul Fikri berjalan terus menerus, sebagaimana firman-Nya :

Mereka tidak henti-hentinya memerangi kaum, sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup (Al Baqoroh (2) : 217).

Oleh sebab itu, kaum muslimin wajib mewaspadai ghazwul fikri yang dilancarkan musuh-musuh Islam. Allah memberikan tuntutan agar tidak menjadikan mereka sebagai teman kepercayaan, sebab telah jelas kemudharatan yang mereka timbulkan.

Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu ambil menjadi orang kepercayaanmu orang-orang yang dan di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya menimbulkan kemudharatan bagimu. (Ali Imran (3) :118).

Jelas sekali larangan Allah terhadap kaum muslimin agar tidak berkarib dengan mereka, sungguh merekalah yang telah melancarkan ghazwul fikri secara terus menerus. Sikap mereka ini diabadikan oleh Allah Ta’ala :

Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. (Ali Imran (3) :118).

Kenyataan sekarang banyak kaum muslimin yang berwali kepada mereka, menjadikan mereka kepercayaan, bahkan menyukai mereka. Padahal telah diperingatkan Allah bahwa mereka tidak pernah menyukai kaum muslimin :

Beginilah kamu, kamu menyukai kamu, dan kamu beriman kepada kitab-kitab semuanya. (Ali Imran (3) :119).

Inilah yang harus senantiasa kita waspadai. Konspirasi jahat internasional terhadap Islam senantiasa berlangsung tanpa henti. Mereka geram dan marah jika kaum muslimin mendapat kemenangan dan posisi strategis, namun mereka akan bergembira dan tertawa senang melihat kaum muslimin tertindas dan terbantai.

Jika kamu memperoleh kebaikan niscaya mereka bersedih hati tetapi jika kamu mendapat bencana, mereka bergembira karenanya. (Ali Imran (3) ; 12)

Kuncinya hanya satu aqidah kemudian istiqomah dengannya. Tanpa keimnan, dan sabar dalam keimanan tersebut kita lemah dan kehilangan kekuatan.

Firman Allah :

Jika kamu bersabar dan bertaqwa niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudharatan pada mu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan (Ali Imran (3) : 120).

Sekarang saatnya untuk bangun, dan mewaspadai kenyataan ini. Gahzwul Fikri tidak ada pengaruhnya bagi kita manakala aqidah kita kuat dan punya kesabaran atas aqidah tersebut.

Hayya ‘alal falah
MARILAH KITA MERAIH KEMENANGAN. .!